Oleh Nashih Nashrullah
Jawaban atas pertanyaan ini, dijawab gamblang oleh Ibnu Sirin, dalam kitabnya yang berjudul Ta’bir ar-Ru’ya. Di bagian utama kitab ini, penulis yang lahir pada 33 H itu menjelaskan bahwa mimpi itu benar adanya. Tetapi, Ibnu Sirin pun menegaskan, jenis mimpi semacam ini hanya akan dialami oleh orang-orang saleh. Selain mereka, mustahil terjadi. “Bila hanya berupa bentuk atau khayalan, ia telah berdusta dan berbid’ah ria,” tulisnya.
Soal makna bermimpi bertemua Sang Khaliq, ia mengutarakan maknanya. Bila bermimpi melihat Allah SWT dengan penuh kebahagiaan, kondisi yang sama akan ia rasakan saat berjumpa Allah kelak di akhirat. Bermimpi bertemu dengan Allah dan diberikan perhiasan dunia, ia akan mendapatkan cobaan berupa sakit atau ujian lainnya. Jika bersabar, ia akan masuk surga. Sedangkan apabila bermimpi melihat Allah turun di sebuah lokasi, tempat tersebut akan diberkahi.
Sementara itu, bila ada yang bermimpi bertemu malaikat, ia
akan memperoleh kemuliaan dan kebahagiaan di antara warga lainnya. Sedangkan
bila mimpi melihat malaikat sedang berada di masjid, itu pertanda warga
setempat harus memperbanyak doa, sedekah, dan istigfar.
Demikian halnya bila mimpi berjumpa dengan Rasulullah SAW.
Bertemu dengan Nabi Muhammad SAW dalam mimpi bisa diartikan sebagai tanda
datangnya kebahagiaan, baik di dunia maupun akhirat, sepanjang wajah Nabi yang
ia lihat berseri-seri.
Bila sebaliknya, yaitu melihatnya dengan kondisi yang kurang
berkenan, seperti marah, bisa bermakna akan mendapat kesusahan. Sedangkan
melihat para nabi selain Muhammad, bisa diartikan dengan keberkahan yang
melimpah. Bagaimana bila seseorang bermimpi melihat Ka’bah?
Lebih lanjut dalam buku ini dijelaskan, bermimpi melihat
Ka’bah ada beberapa kondisi. Di antaranya, ketika melihat Ka’bah, bangunan
fisiknya berubah baik berkurang atau bertambah maka ada kaitannya dengan
emimpin umat Islam. Seperti apakah pengejewantahan dalam faktanya? Semua itu
ditentukan dengan kondisi Ka’bah yang dilihat.
Artinya, keadaan pemimpin tersebut akan baik bila Ka’bah
tetap bagus. Begitu juga sebaliknya, tokoh umat yang diidolakan pada kondisi
kurang laik jika Ka’bah yang ia temui di mimpi, kondisinya tak utuh. Sedangkan
bila ia melihat Ka’bah lalu melaksanakan manasik, misalnya thawaf, berarti
kualitas spiritual dan keagamaannya akan meningkat.
Ibnu Sirin juga memaparkan arti dari alam semesta dan
fenomena-fenomena yang terjadi sehari-hari di mimpi. Hujan, misalnya diartikan
dengan pertolongan dan rahmat. Mendung tebal yang menyelimuti daerah tertentu
diartikan turunnya bencana di kawasan tersebut. Lain halnya, bila langit cerah
dan tidak ada mendung sama sekali, bisa diartikan dengan munculnya
kebijaksanaan, ilmu, dan rahmat, tak lain ialah agama Islam. Apalagi, sampai
bermimpi mengumpulkan awan cerah yang tercecer di langit. Ini pertanda bagus,
akan datang padanya perkara yang agung.
0 komentar:
Posting Komentar